Evolusi dan revolusi adalah hal yang tak terpisahkan dalam dunia teknologi. Demikian pula ketika ia diterjemahkan dalam sistem komunikasi modern. Berbagai impilkasi kemudian bermunculan. Tiddak hanya dalam segi teknis, tetapi juga dalam hal sosial dan budaya
Bertahun yang lalu, para ilmuwan memperkirakan bahwa di masa yang akan datang manusia akan memiliki robot-robot pribadi yang dapat membantu mereka melaksanakan tugas sehari-hari. Tampak mustahil? Belum tentu. Berbagai penemuan yang kita gunakan hari ini merupakan hasil penelitian panjang para ahli. Ia telah direncanakan, diperkirakan, dikembangkan hingga mencapai produk yang kita gunakan hari ini. Demikian pula halnya dengan masa depan robot tersebut. Para ahli telah ‘menjejakkan’ dasarnya melalui robot anjing dari Jepang yang demikian terkenal di pasaran dunia.
Teknologi pada dasarnya bukanlah suatu hal yang muncul dari udara kosong begitu saja. Meski seringkali dianggap sebagai sesuatu yang hebat dan membuat orang tergagap-gagap dalam menghadapinya, seringkali ia merupakan perbaikan dan pengembangan dari sesuatu yang telah ada sebelumnya. Lampu neon dengan daya tahan tinggi dan tingkat keterangan yang mengakomodasi kesehatan mata adalah contoh pengembangan dari bohlam-bohlam lampu sebelumnya. Tetapi, bola lampu tersebut tak mungkin ada apabila Thomas Alva Edison menyerah di tengah 1400 kali percobaannya untuk menemukan bohlam lampu pertama di dunia. Ia adalah satu dari sedikit teknologi yang dapat dikatakan sebagai revolusi.
Revolusi dan evolusi teknologi inilah yang menghasilkan terjadinya revolusi dalam sistem komunikasi masyarakat modern saat ini. Komunikasi tak lagi terbatas pada ruang-ruang pertemuan atau surat tulisan tangan. Ia telah merambah dunia maya, dunia digital yang membuat jauhnya jarak dan perbedaan waktu menjadi masalah yang krusial dalam komunikasi masyarakat.
Tak bisa dihindari, perkembangan ini tentunya memiliki dampak tersendiri. Arus informasi yang demikian cepat membuat informasi kini menjadi komoditas pasar di mana kebaruan menjadi sesuatu yang sangat dihargai di sana. Ketika hal ini terjadi, pemilik informasi ini kemudian dilihat sebagai orang yang memiliki kekuasaan lebih, terutama bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki akses atas informasi tersebut. Perbedaan kemampuan akses informasi menyebabkan lahirnya kelas sosial global yang baru. Ia menambah daftar perbedaan yang dihasilkan oleh faktor ekonomi, politik dan pendidikan.
Kesenjangan sosial ini tidak hanya berlaku dalam suatu masyarakat. Ia dapat terjadi pada suatu negara yang tertinggal dalam arus informasi dibandingkan negara lain. Indonesia merupakan satu contohnya. Di negara kita tersendiri, kesenjangan antardaerah bukanlah hal baru. Jakarta dipenuhi fasilitas kesehatan terbaik, pilihan edukasi yang mencakup segala bidang, dan lapangan kerja yang variatif. Tetapi bila kita tengok ke Suku Anak Dalam Riau maka anda akan menemukan masyarakat yang bergantung pada perkebunan, sebagian besar buta huruf, dan pergi ke dukun ketika sakit.
Kesenjangan arus informasi memperparah faktor kesenjangan yang telah ada sebelumnya. Fasilitas pendidikan dan kesehatan di Jakarta ditunjang oleh pengetahuan lengkap yang mengikuti perkembangan dunia. Sementara pendidikan di daerah masih banyak yang hanya mementingkan pengetahuan dasar membaca, menulis, dan berhitung. Tingkat partisipasi politik di kota besar juga mulai menurun di kota besar disebabkan oleh arus informasi yang demikian kencang mengenai kelayakan para calon pemimpin. Sementara di daerah Papua, tingkat partisipasi politik masih tinggi mengingat akses informasi tidak begitu besar sehingga mereka masih mudah ditunggangi kepentingan tertentu.
Kesenjangan antara Indonesia dan dunia luar juga terlihat melalui penangkapan teroris pelaku pengeboman di Bali, Amrozy. Amrozy ditangkap melalui pelacakan jaringan telepon seluler yang ia gunakan. Pelacakan melalui satelit tentunya tak mungkin kita lakukan karena Indonesia tidak memiliki satu satelit pun. Kepentingan untuk melacak pelaku kriminal membuat kita meminta bantuan pada pihak Amerika Serikat dan hal ini sedikit banyak membuat mereka turut campur dalam masalah kenegaraan kita.
Lalu, bagaimana cara mengatasi masalah kesenjangan sistem komunikasi tersebut? Seperti halnya dengan sistem komunikasi yang sebagian besar lahir dari evolusi, maka penyelesaian kesenjangan ini pun harus dilakukan dengan cara yang bertahap. Revolusi dalam suatu perubahan hanya akan membuat masyarakat semakin tidak siap dengan perubahan yang ada. Masyarakat Indonesia yang secara dominan dapat dilihat belum mapan secara ekonomi, sosial, dan pendidikan, tentu belum mampu menjalani kehidupan sistem komunikasi modern seperti di Amerika Serikat. Perubahan demi perubahan harus dilakukan secara bertahap dengan kemudahan akses dan biaya yang mudah dijangkau. Standarisasi juga diperlukan agar kesenjangan antardaerah tidak terlalu curam. Evolusi bertahap yang sekiranya dapat dijadikan contoh adalah teknologi komunikasi berupa handphone. Pada awalnya, handphone hanya dimiliki oleh masyarakat kelas atas yang memiliki mobilitas tinggi, sepeeti kalangan eksekutif. Namun, seiring mobilitas masyarakat metropolis yang kian meningkat, jaringan seluler yang kian luas, dan harga peranti yang semakin terjangkau, handphone pun meluaskan cengkeramannya hingga ke siswa Sekolah Dasar dan ibu rumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo gabung............
komentari yang kurang dengan kata kata positiv...